26 Agustus, 2019

MENJADI GENERASI KEDUA BISNIS KELUARGA


TAQDIR JUANG GENERASI KEDUA

Kang Rendy Business Notes,
24 Agustus 2019

****

Dalam beberapa waktu terakhir, Saya cukup sering bertemu dengan generasi kedua dari sebuah entitas perusahaan keluarga. Mungkin lebih dari 5 entitas dan polanya selalu sama. Para generasi kedua memiliki taqdir juangnya sendiri.

Biasanya sebuah perusahaan keluarga dimulai oleh generasi pertama yang gigih dan dominan. Determinasi generasi pertama ini sangat kuat. Itu sebab mereka bisa bertumbuh walau tidak didukung dengan kapasitas ilmu dan modal. Ketekunan yang membuat mereka jadi pebisnis hebat.

Karakter generasi pertama ini berbeda dengan generasi kedua. Generasi kedua relatif mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari generasi pertama. Kehidupan sudah menanjak sejahtera, tercukupi dan kemudian langsung berhadapan dengan organisasi bisnis existing.

Sepintas kita melihat bahwa generasi kedua dari bisnis ini sangat enak hidupnya. Begitu besar, langsung punya perusahaan. Hidup nyaman, tanpa tantangan, tidak perlu berjuang.

Di titik inilah kita terkadang salah menilai generasi kedua. Bagi Saya, generasi kedua adalah generasi yang perjuangannya tidak mudah, bahkan lebih berat dari generasi pertama.

***

Berikut ruang perjuangan generasi kedua :

1. Berjuang membangun komunikasi lintas generasi

Generasi kedua adalah anak founder yang lahir pada zaman yang berbeda. Yang sudah jelas tumbuh dengan pola dan pendekatan yang berbeda. Cara hidup mereka pun juga berbeda.

Anda bisa membayangkan jika kedua generasi ini bertemu didalam sebuah board diskusi perusahaan. Apa yang sekiranya yang terjadi?

Generasi pertama dengan pola keyakinan yang tidak mudah diubah. Lalu ada generasi kedua yang sudah tidak sabar untuk menerapkan hal inovatif di dalam organisasi bisnis keluarga.

Bagi generasi kedua, pertumbuhan dan pencapaian adalah energi. Wajar, anak muda. Namun bagi generasi pertama, kestabilan dan kehati-hatian entitas dalam mengambil keputusan adalah sebuah keharusan. Tidak boleh ada negosiasi. Karena bagi generasi pertama, apa yang sudah dicapai harus dijaga baik.

Disinilah perjuangan generasi kedua. Tidak mudah untuk bersabar dalam komunikasi penuh kesantunan. Dimana para generasi pertama adalah orang tua kandung yang harus dijaga perasaannya dan memiliki hak veto penuh atas ide-ide yang dirasa berbahaya.

Maka Saya salut sekali pada generasi kedua yang tetap memutuskan membantu kedua orang tuanya dalam bisnis. Sungguh tidak mudah. Inilah perjuangan mereka. Sebagian generasi kedua yang lain memilih keluar lingkaran, berkarir sendiri tanpa bayang-bayang papa mama.

Salut pada generasi kedua yang masih bertahan.

2. Berjuang mempertahankan performa bisnis

Perjuangan generasi kedua berikutnya adalah mempertahankan pencapaian.

Apa yang sudah dicapai oleh papa mama harus terus bertumbuh. Bahkan tidak boleh menurun.

Maka klien yang sudah ada, tidak boleh lepas. Pelanggan yang sudah loyal, tidak boleh pindah warung. Disaat yang sama, generasi kedua harus berhadapan dengan customer yang biasanya diperlakukan sesuai kebijakan generasi pertama. Sekarang yang mengurusi berbeda dan pelanggannya harus tetap bertahan. Tingkat kesulitannya teramat tinggi.

Bagi generasi kedua, pencapaian dan prestasi hanya menyisakan komentar : "wajar, papa mama nya kaya raya, tinggal ngelanjutin"

Tetapi jika perusahaan gagal, komentarnya jadi berbeda : "memang berbeda ya, gak kayak papa dan mama nya,begitu mereka pegang, babak belur semua."

Itulah perjuangan generasi kedua. Tidak mudah. Perlu kerja keras dan usaha maksimal. Berjuang dibawah bayang-bayang kesuksesan generasi pertama.

3. Berjuang membunuh ego diri

Memutuskan membantu orang tua dalam membangun organisasi bisnis adalah keputusan membunuh ego. Bagi generasi kedua, hidup sendiri melanjutkan karir tanpa bayang-bayang organisasi orang tua adalah kebebasan yang menenangkan jiwa.

Maka bagi generasi kedua yang memutuskan membantu perusahaan keluarga, baginya adalah sebuah upaya membunuh ego diri, untuk kemudian membangun warisan pencapaian atas apa yang orang tua mereka telah bangun.

Diperlukan usaha melapangkan hati yang cukup keras, bagi generasi kedua agar hatinya damai saat masuk kedalam pusaran organisasi orang tua mereka.

Dimana papa mama masih ada, dimana keputusan bisa diveto kapan saja, dimana masih saja dianggap anak yang keputusannya belum kuat. Ini perjuangan yang perlu kita hargai.

***

Tulisan ini Saya buat agar kita dapat melihat dengan jernih apa yang dihadapi oleh generasi kedua. Setidaknya kita jangan melihat hal yang enak-enak saja. Kita harus melihat hal yang teramat mendalam di hati mereka.

Tulisan ini juga Saya tujukan kepada generasi kedua di seluruh bisnis keluarga yang ada. Bahwa sahabat-sahabat adalah pahlawan generasi, yang memutuskan melanjutkan perjuangan orang tua. Dimana Anda siap tidak punya nama di ukiran keberhasilan prasasti sukses perusahaan Anda.